Tik. . . tok. . .
Tik. . . tok. . .
Tak ku dengar satu suara
pun
Kecuali jam dinding yang
tak berhenti berputar
Aku terbangun dari tidur
lelapku
Ku buka mata, dan yang aku
lihat hanya kegelapan
Tanpa sinar lampu
Ku singkirkan selimut
tebalku
Lalu aku bergegas bangun
dari tempat tidurku
Ku basuh muka, kedua tangan, dan keduaa kakiku
Sungguh dinginnya menusuk tiap pori-pori kulitku
Tapi itu tak menghalangiku untuk bersiap-siap menemui
kekasihku
Selembar kain merah telah
ku gelar tepat di depanku
Dan mulailah aku
berkomunikasih dan berinteraksi dengan kekasihku
Sungguh tenang, nyaman dan
damai rasanya hati ini
Tak pernah aku rasakan
kedamaian senyaman ini
Kecuali dekapan kasih dari
ayah ibuku
Dan saat-saat aku hanya berdua
denganNya
Ku curahkan semua isi hatiku
Semua keluh kesahku
Semua harapan dan keinginanku
Hingga keburukan-keburukan yang ada pada diriku
Aku tak dapat berdusta di
hadapanNya
Aku tak dapat berkutik di
depanNya
Hingga aku sadari
Aku hanyalah mahuk yang
tak berdaya di hadapanNya
Tak terasa air mata ini
menetes begitu saja
Tapi setelah ku curahkan
segala keluh kesahku dihadapanNya
Kegundahan batin ini
perlahan sirna
Terima kasih Tuhan
Kau adalah sandaran hatiku
Disaat senang, dan sedih disetiap keluh kesahku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar